Sesuatu yang dirasakan "bahagia", belum tentu akan dirasakan sama oleh orang lain. Cinta melampaui dunia empiris. Dia hidup bergejolak penuh dengan imajinasi. penuh harap dan kerinduan yang teramat mendesak dari dalam. Walau demikian tidaklah berarti, bahwa perasaan "cinta" ini tercabut dari "dunia". Ego tidak mungkin berkembang tanpa bantuan "kediriannya" (self my self). Begitu pula sebaliknya, perkembangan self itu hanya mungkin apabila ada ego cinta. Cinta adalah nikmat paling luhur yang diberikan Alloh kepada setiap makhluk. Tanpa cinta, hancurlah eksistensi makhluk itu.
Dalam kehidupan, sering kita rasakan bahwa cinta itu selalu ber konfrontasi dengan benci, ketika cinta'a gagal maka tampillah secara mengherankan, perasaancinta itu! Bagi saya, karena cinta itu adalah energi negativ. Dua energi ini pun adalah sebuah nikmat dari Alloh. Kita tidak bisa menghindari fitrah ini. Hendaknya dari dua kalimat ini lahirlah "kewajiban". Ya...cinta harus mampu melahirkan "kewajiban" (what i have to do). Kewajiban untuk memperoleh karunianya (gaining approval), dan sekaligus melahirkan kewajiban untuk menghindari murkanya (avoiding disapporoval).
Cinta dan kewajiban , harus merupakan dua sisi yang harus saling melengkapi,satu simbiose mutualistis. Apakah kewajiban itu? Dia adalah kesedaran dari dalam yang bersifat memaksa. kalau begitu apa artinya cinta, ikhlas, sukarela? Apabila ada sifat memaksa? Benar! itu semua tidak ada artinya selama sifat memaksa itu datang dari luar bukan dari kesadaran dalam. Perasaan merupakan stimulasi dari luar, tidak akan pernah melahirkan cinta. Melainkan kepura-puraan (artificial). Cinta harus tumbuh dari kesadaran qolbu, yang menggedor memaksa diri untuk melaksanakan kewajiban. Dengan demikian sadarlah kita, bahwa dengan cinta adalah benih yang disemai Yang Maha Rahman, maka harus dikembangkan oleh potensi diri kita, yaitu kerjasama yang akrab antara nafsu ammarah, lawwamah dan muthma'inah.
bersambung,.. >memandang dengan cinta 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar