Senin, 20 September 2010

menerima diri sendiri part.2

menerima diri sendiri part.2




Kesadaran yang luas adalah penanda ego yang sehat. Sebaliknya, ego yang tidak sehat di tunjukan oleh kesadaran yang sempit.
Orang yang memiliki ego yang sehat tidaklah asersif / agresif. Orang dengan ego yang sehat memandang dunia sekelilingnya dengan penuh apresiasi. Saya lebih memilih untuk memahami daripada dipahami, lebih sukauntuk menunjukan simpati daripada mencari simpati. Saya suka memberi dan empatik.
Pikiran orang yang egonya tidak sehat dikuasai oleh dirinya sendiri oleh kecemasan-kecemasannya, masalahnya dan kekhawatirannya. Dia terpaku pada bagaimana orang memperlakukannya dan bukan pada apa yang bisa dilakukannya untuk mereka.
Kesadaran yang sempit itu tidaklah sehat karena bisa menyesatkan presepsinya akan kenyataan merampas kemampuannya untuk menikmati hidup dan menjadikan nara pidana yang tidak mungkin melarikan diri.


Beberapa dari kita sepenuhnya hidup disalah satu gaya kesadaran ini, kadang-kadang dan dengan cara tertentu kita memang membuka diri tetapi dilain waktu dengan cara yang lain. Kita juga kadang menutup diri, akan tetapi jika kita memilih untuk hidupdengan benar dan bijaksana. Perlahan-lahan kita belajar  bahwa kesadaran yang luas menuju pada kepuasan diri, sedangkan kesadaran yang sempit pasti membawa kita pada penderitaan dan kemiskinan.


Kesadaran yang sempit menggoda pikiran pikiran dengan ide bahwa jika kita menarik diri secar mental dan menyembunyikan diri dari dunia, kita akan lolos dari segala hal / ancaman maupun keadaan untuk menemukan kedamaian.


Sayangnya penarikan diri dan penutupan diri mendatangkan kenyamanan yang semu. Segala usaha ini hanyalah menyebabkan masalah kita mengamburkan hal-hal yang lebih besar dan jahat kaena kita menjadi semakin kecil.


Salah satu cara untuk mengembalikan pada penerimaan diri tidaklah diawali dengan penegasan akan kelayakan diri, penegasan semacam itu hanya bisa menghasilkan perbandingan dengan orang lain.
"saya lebih layak daripada dia"
pernyataan-pernyataan seperti itu merupakan cermin khas pikiran sempit. Cara mngobatinya adalah dengan cara melupakan diri, bukan dengan mementingkan diri.


Cara menerima diri adalah ;
  • Bersikap luas dengan menunjukan suatu sikap murah hati dan suka memberi, hanya sesudah mengelola sikap luaslah yang bisa melihat dirinya sendiri secara akurat dalam hubungannya dengan orang lain.  
  • Kemudian dari perspektif yang diperluas, orang tersebut bisa menegaskan kemandiriannya tanpa menunjukan sikap penarikan diri. Sementara berusaha menerima diri, ingatlah bahwa anda dan juga orang lain adalah unik. Melodi yang harus anda mainkan pada pentas kahidupan yang tidak dapat dimainkan oranglain. 
  • Tugas yang menjadi bagian kita adalah belajar untuk memerankannya dengan sempurna, tapi melodi / peran tersebut lebih dimiliki oleh diri yang egonya luas dari pada ego yang sempit. 
  • Jadi singirkanlah segala kekurangan dengan selalu merenung dengan memperluas realitas dan pada akhirnya, anda akan menemukan siapa anda sesungguhnya dibalik semua topeng ego yang sama halnya dengan orang lain yang anda kenakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Tentang kehidupan, ambilah setiap kesempatan dan pikullah tanggung jawabnya. Jangan hanya mau indahnya saja, tapi terimalah pula kepedihan di dalam sana. Terima setiap pilihanmu dalam suatu paket baik buruknya. Itulah hidup yg bagi kita adalah berani menerima tantangan, dan berani mempertanggung jawabkan. Sebuah pilihan pasti sarat dg cobaan. Jangan kau pandang sebagai sebuah masalah, tp camkan sebagai sebuah ujian hingga kau tertantang mengurai dan mendapatkan jawabannya. Memilih belum tentu benar, tapi benar didapat dr memilih. Jadi apapun itu, jika kamu menetapkan untuk tidak memilih, pd dasarnya tetaplah memilih. Carilah, pilihlah, putuskanlah.